Friday, November 9, 2007

Cerita Jaman Kuliah

Kali ini saya mau cerita soal kampusku, entah kenapa kok jadi kangen pengen berkunjung ke kampus mungkin gara2 ketemu teman2 kuliah kemarin atau mungkin juga karena abis melihat-lihat album foto jaman2 kuliah dulu. Kalau mau jujur sih saya kuliah disini bukan karena kemauan saya, iseng2 aja pilihan ketiga UMPTN pilih Bahasa Inggris di kampusku itu dan ternyata malah itu yang lulus. "Inilah dunia kampus yang saya idam-idamkan dari dulu" itu pikiran pertama yang muncul waktu pertama kali menjejakkan kaki di kampus itu. Senang? pastilah yang ada dipikiranku suasana kampus seperti di film2, seperti di sinetron2 dan teman2 yang asik2. Kepanikan mulai muncul waktu saya ikut ospek. Saya yang dari kecil terbiasa hidup tenang dan jarang mengalami hal2 yang bersinggungan dengan kekerasan jadi shock sendiri. Bagaimana tidak selama ospek kami2 mahasiswa baru benar2 jadi bulan2an senior dibentak-bentaklah, dicaci maki bahkan ada beberapa yang dipukuli. Saya paling ingat ospek hari kedua, bertepatan dengan jam makan siang maba dikumpulkan, dibagikan makanan, saya masih anteng masih senyum2 becandaan sama teman sependeritaan yang duduk disebelahku yang akhirnya nanti jadi sahabatku. Pas buka bungkusan makanan stressku muncul bagaimana tidak waktu itu menunya nasi, sambel, ayam masak dan telur rebus. Oh my God pikirku, waktu itu aku ngga sukaaa banget sama yang namanya ayam masak lebih2 telur rebus jadi saya makan dan menyisakan telurnya ternyata bungkusan tuh diperiksa apa ada yang tidak menghabiskan jatah makannya. Saya dipanggil trus diintrogasi dan terakhir dipaksain untuk menghabiskan telur itu. Dengan susah payah saya memakannya sampai habis. hasilnya 5 menit kemudian saya muntah dan ngga berenti2 sampai sore sampai lemes. Senior yang maksa2 saya makan telur itu jadi merasa bersalah sendiri dan jadi keberuntungan buatku soalnya besok dan hari2 ospek selanjutnya dia selalu membelaku. Setelah ospek saya mulai enjoy dengan situasi kampus dengan rutinitas sehari2.
Seingatku sebulan setelah ospek sedang asik2nya kuliah di lantai 4 tiba2 ada yang teriak "teman2 yang masih kuliah Lariii, selamatkan diri masing2"
saya panik dan bertanya2 "ada apa?" sambil masukin barang2 ke tas.
"Pokoknya lari aja" itu yang mereka bilang.
dan semua terjawab setelah kami turun dari ruang kuliah, dimana2 ada orang2 yang bawa parang, senjata rakitan, busur dan macam2 lagi. Di tangga terakhir saya dan beberapa orang teman perempuan dihadang seorang yang membawa busur sambil ngomong gini "Nih cewe'nya FBS sandera aja" lemesss banget nih badan dengernya tapi entah kenapa orang itu masih berbaik hati membiarkan kami lewat kamipun bebas dan berusaha lari ditengah2 lemparan batu untuk keluar dari areal fakultas. ternyata siang itu terjadi tawuran lagi dan berita terakhir yang saya dengar beberapa teman sefakultasku masuk rumah sakit
"Duh ya Allah entah apa yang salah dengan kampusku, sepertinya saya harus membiasakan diri dengan situasi seperti ini".
Dan sejak saat itu pula saya sering bola balik menjenguk teman2 entah yang masuk rumah sakit atau ditahan di kantor polisi gara2 tawuran itu. saya juga sudah terbiasa tiap malam sehabis tawuran pasti ada yang telpon
"De' bisa minta tolong bawain makanan ke kantor polisi dari tadi siang belum makan"
"siapa suruh tawuran, enak kan hidup di sel" hehehe ingin rasanya menjawab seperti itu tapi saya tidak setega itu kok, mungkin juga itu alasan mereka menghubungi saya karena mereka tau saya tidak bakal menolak. jadilah kadang2 malam saya lalui dengan mengantar makanan ke kantor polisi hehehee.
Bagi saya, perkelahian memang adalah peristiwa yang akrab selama menjadi mahasiswa. Dan di Fakultas Bahasa dan Seni, Juli 2004 itulah saya kembali menjadi saksinya. Sebuah insiden yang membuatku menjadi orang yang agak paranoid. Siang itu sambil menunggu jadwal kuliah berikutnya kami duduk2 dibawah pohon salah sorang senior yang ikut kuliah di kelasku lagi tidur2an di bangku taman di depanku. Tiba2 dari arah depan muncul 3 orang yang langsung mengibaskan parang ke arah senior itu. setelah itu mereka lari "ya Allah apalagi ini" pikirku. waktu itu saya bingung tidak tau harus berbuat apa teman2 yang lain sudah pada berlarian menyelamatkan diri masing2. saya juga ingin sekali lari waktu itu tapi badan gemetar dan tidak bisa meninggalkan tempat. akhirnya saya memberanikan diri bersama seorang teman lain untuk membantu senior yang sudah berlumuran darah itu, dengan terpaksa temanku membuka jilbabnya untuk membalut luka kakak tingkatku itu mau gimana lagi alternatif lain ngga ada. dan sudah bisa ditebak selanjutnya terjadi tawuran besar2an lagi sampai2 gedung fakultas hancur2an, kantin fakultas terbakar dan beberapa kendaraan rusak. Sejak saat itu saya menjadi orang yang sangat tidak bisa menyaksikan kekerasan bahkan yang sekecil apapun.
Sebagai saksi dari begitu banyak tindak kekerasan yang muncul selama menjalani masa perkuliahan, sejak zaman Ospek hingga dihapusnya praktek perpeloncoan itu saya masih sering berpikir Inilah dunia kampus yang saya kenal! tak lebih dari tempat penampungan orang2 yang tak mampu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan senyuman, setiap masalah hanya punya satu solusi: Kekerasan!
Tapi bagaimanapun terlepas dari kejadian itu semua, saya bangga dengan kampusku, dari sana saya mendapatkan banyak ilmu, belajar tentang hidup dan kehidupan, menemukan banyak teman, bertemu dengan orang2 yang hebat dan sempat pula mengukir cerita cinta di sana.

No comments: